Wasit meniupkan peluit tanda
babak pertama berakhir, AC Milan unggul
3-0 dari Liverpool. Kata-kata terakhir yang muncul dari mulut komentator adalah
“Good night for Liverpool.”
Ya, malam itu mungkin tak
seorangpun menduga bahwa hasil akhir akan berbalik 180 derajat. Liverpool yang
tertinggal 0-3 di babak pertama berhasil membalikkan keadaan dan menjadi
kampiun untuk kelima kalinya di kompetisi antarklub terelit di benua biru.
Dewi Fortuna sebetulnya sudah
menaungi Liverpool sejak fase grup. Di laga terakhir grup E, Meladeni
Olympiacos di Anfield, Liverpool membutuhkan kemenangan dengan selisih minimal
2 gol untuk lolos ke 16 besar. Sialnya The Reds justru tertinggal lebih dulu
sebelum disamakan oleh Sinama Pongolle. The Anfield Gang membalikkan keadaan melalui
gol Steve Finnan.
Namun hasil ini belum cukup untuk
membawa The Reds ke fase selanjutnya. Dan sang kaptenlah yang menjadi
penyelamat Liverpool. Di penghujung laga, Steven Gerrard membuat gol
spektakuler dari luar kotak penalty sekaligus membawa Liverpool ke 16 besar.
Unggul selisih gol dari Olympiacos.
Di babak 16 besar Liverpool tanpa
kesulitan menundukkan Bayer Leverkusen dengan skor identik 3-1. Cobaan mulai
muncul di perempat final. Melawan Juventus, Liverpool tampak kesulitan sebelum
gol dari Sammy Hyypia mencetak gol pembeda.
Di semifinal, perjuangan The
Anfield Gang tidak kalah dramatis. Banyak pihak mengira laga antara Liverpool
melawan Chelsea akan berakhir dengan adu pinalti, atau setidaknya perpanjangan
waktu. Tapi nasib berkata lain. Memanfaatkan kemelut di muka gawang Chelsea,
Luis Garcia mencetak gol kontroversial. Ya, controversial karena bola tampak
belum melewati garis gawang. Tapi wasit tetap mensahkan gol ini. Liverpool 1,
Chelsea 0.
Laga finalpun digelar. Rumah-rumah
judi banyak yang menjagokan Milan menjadi juara. Dan prediksipun tampaknya akan
menjadi kenyataan kala Alessandro Nesta membawa Milan unggul 1-0 ketika laga
belum genap berjalan 1 menit. Hernan Crespo menambah penderitaan Liverpool dengan
2 golnya. Babak pertama berakhir 3-0 untuk keunggulan Milan.
Namun skor tersebut membuat Milan
jumawa. Mereka lupa bahwa bola itu bulat, mereka lupa bahwa sepak bola adalah
90 menit bukan hanya 45 menit. Mereka tidak menyadari bahwa mlam itu ada ribuan
Liverpudlian menyanyikan lagu you’ll never walk alone yang membuat merinding
siapapun yang mendengarnya.
Milan tampaknya tak peduli siapa
yang ada di bench Liverpool. Rafael Benitez, pria Spanyol kemarin sore yang
baru membawa Valencia menjuarai La Liga dan Piala UEFA. Tak ada yang special
dari Benitez. Tapi hal itu cukup untuk membuat Ancelotti gigit jari karena
gagal memeluk tropi Liga Champion untuk ketujuh kalinya.
Dan muncullah sosok pria Inggris
yang menjadi pahlawan bagi The Reds. Menyambut umpan silang John Arne Riise,
tandukannya sukses merobek jala Milan. Ya, sosok itu adalah sang kapten. Steven
Gerrard.
Dalam selebrasinya usai mencetak
gol, dia memberi semangat pada rekan setimnya bahwa “Nothing is impossible”. Tak ada yang tak mungkin. Di dunia
ini semua bisa terjadi meski perlu sedikit keajaiban.
Kata-katanya itu membangkitkan
semangat para The Anfield Gang, dan invasipun dimulai. Sepakan Vladimir Smicer
dari jarak 25 meter meluncur bebas di sudut kanan Dida. Milan 3, Liverpool 2.
Berawal dari serangan balik
cepat, pergerakan tanpa bola Steven Gerrard memaksa Gattuso melanggarnya di
kotak 16. Penalty untuk Liverpool. Xabi Alonso sukses menjalankan tugasnya
sebagai eksekutor. Walaupun sepakannya mampu dibaca dengan baik oleh Dida, tapi
bola muntah dengan cepat disambar oleh Alonso. Milan 3, Liverpool 3.
Pertandingan dilanjutkan dengan extra
time, namun tak terjadi sesuatu yang istimewa. Adu penaltipun terpaksa
dilakukan untuk menentukan gelar juara. Serginho sebagai eksekutor pertama
Milan gagal menjalankan tugasnya, bola sepakannya melambung di atas gawang
Jerzy Dudek. Hasil ini berbanding terbalik dengan Dietmar Hamann yang dengan
mulus menceploskan bola ke gawang Milan.
Penendang kedua Milan juga gagal
menjalankan tugasnya setelah Dudek berhasil membaca arah bola dari Andrea
Pirlo. Djibril Cisse sebagai eksekutor kedua Liverpool dengan tenang membawa
Liverpool unggul 2-0 di babak adu penalty ini.
Tomasson sebagai penendang ketiga
Mlian sukses memperkecil ketertinggalan, setelah sepakan John Arne Riise tidak menemui sasaran.
Kaka dan Vladimir Smicer sukses menjalankan tugasnya setelah mengecoh kiper
lawannya. Milan 2, Liverpool 3.
Dan tibalah saatnya masa
penghakiman. Andriy Shevcenko mengemban tugas berat sebagai penendang terakhir.
Jika gagal menjalankan tugasnya, maka Liverpool akan mengangkat tropi Liga
Champion kelimanya. Sementara itu, Jamie Carragher sedang membisikkan sesuatu
pada Jerzy Dudek, “Lakukan apa yang pernah dilakukan Bruce Grobbelaar tahun
1984”.
Dudek menuruti saran Carragher,
dia meliuk-liukkan kakinya seperti yang pernah dilakukan Grobbelaar di final
Roma 1984, “Spaghetti Legs”. Sepertinya ritual itu masih membawa keberuntungan
bagi Liverpool. Dudek sukses menepis tendangan Shevcenko dan mempersembahkan
tropi kelima bagi Liverpool di ajang Liga Champion.
Nice post
BalasHapus