Selasa, 01 Mei 2012

Miracle of Istanbul


Wasit meniupkan peluit tanda babak pertama berakhir,  AC Milan unggul 3-0 dari Liverpool. Kata-kata terakhir yang muncul dari mulut komentator adalah “Good night for Liverpool.”
Ya, malam itu mungkin tak seorangpun menduga bahwa hasil akhir akan berbalik 180 derajat. Liverpool yang tertinggal 0-3 di babak pertama berhasil membalikkan keadaan dan menjadi kampiun untuk kelima kalinya di kompetisi antarklub terelit di benua biru.
Dewi Fortuna sebetulnya sudah menaungi Liverpool sejak fase grup. Di laga terakhir grup E, Meladeni Olympiacos di Anfield, Liverpool membutuhkan kemenangan dengan selisih minimal 2 gol untuk lolos ke 16 besar. Sialnya The Reds justru tertinggal lebih dulu sebelum disamakan oleh Sinama Pongolle. The Anfield Gang membalikkan keadaan melalui gol Steve Finnan.
Namun hasil ini belum cukup untuk membawa The Reds ke fase selanjutnya. Dan sang kaptenlah yang menjadi penyelamat Liverpool. Di penghujung laga, Steven Gerrard membuat gol spektakuler dari luar kotak penalty sekaligus membawa Liverpool ke 16 besar. Unggul selisih gol dari Olympiacos.
Di babak 16 besar Liverpool tanpa kesulitan menundukkan Bayer Leverkusen dengan skor identik 3-1. Cobaan mulai muncul di perempat final. Melawan Juventus, Liverpool tampak kesulitan sebelum gol dari Sammy Hyypia mencetak gol pembeda.
Di semifinal, perjuangan The Anfield Gang tidak kalah dramatis. Banyak pihak mengira laga antara Liverpool melawan Chelsea akan berakhir dengan adu pinalti, atau setidaknya perpanjangan waktu. Tapi nasib berkata lain. Memanfaatkan kemelut di muka gawang Chelsea, Luis Garcia mencetak gol kontroversial. Ya, controversial karena bola tampak belum melewati garis gawang. Tapi wasit tetap mensahkan gol ini. Liverpool 1, Chelsea 0.
Laga finalpun digelar. Rumah-rumah judi banyak yang menjagokan Milan menjadi juara. Dan prediksipun tampaknya akan menjadi kenyataan kala Alessandro Nesta membawa Milan unggul 1-0 ketika laga belum genap berjalan 1 menit. Hernan Crespo menambah penderitaan Liverpool dengan 2 golnya. Babak pertama berakhir 3-0 untuk keunggulan Milan.
Namun skor tersebut membuat Milan jumawa. Mereka lupa bahwa bola itu bulat, mereka lupa bahwa sepak bola adalah 90 menit bukan hanya 45 menit. Mereka tidak menyadari bahwa mlam itu ada ribuan Liverpudlian menyanyikan lagu you’ll never walk alone yang membuat merinding siapapun yang mendengarnya.
Milan tampaknya tak peduli siapa yang ada di bench Liverpool. Rafael Benitez, pria Spanyol kemarin sore yang baru membawa Valencia menjuarai La Liga dan Piala UEFA. Tak ada yang special dari Benitez. Tapi hal itu cukup untuk membuat Ancelotti gigit jari karena gagal memeluk tropi Liga Champion untuk ketujuh kalinya.
Dan muncullah sosok pria Inggris yang menjadi pahlawan bagi The Reds. Menyambut umpan silang John Arne Riise, tandukannya sukses merobek jala Milan. Ya, sosok itu adalah sang kapten. Steven Gerrard.
Dalam selebrasinya usai mencetak gol, dia memberi semangat pada rekan setimnya bahwa “Nothing is impossible”. Tak ada yang tak mungkin. Di dunia ini semua bisa terjadi meski perlu sedikit keajaiban.
Kata-katanya itu membangkitkan semangat para The Anfield Gang, dan invasipun dimulai. Sepakan Vladimir Smicer dari jarak 25 meter meluncur bebas di sudut kanan Dida. Milan 3, Liverpool 2.
Berawal dari serangan balik cepat, pergerakan tanpa bola Steven Gerrard memaksa Gattuso melanggarnya di kotak 16. Penalty untuk Liverpool. Xabi Alonso sukses menjalankan tugasnya sebagai eksekutor. Walaupun sepakannya mampu dibaca dengan baik oleh Dida, tapi bola muntah dengan cepat disambar oleh Alonso. Milan 3, Liverpool 3.
Pertandingan dilanjutkan dengan extra time, namun tak terjadi sesuatu yang istimewa. Adu penaltipun terpaksa dilakukan untuk menentukan gelar juara. Serginho sebagai eksekutor pertama Milan gagal menjalankan tugasnya, bola sepakannya melambung di atas gawang Jerzy Dudek. Hasil ini berbanding terbalik dengan Dietmar Hamann yang dengan mulus menceploskan bola ke gawang Milan.
Penendang kedua Milan juga gagal menjalankan tugasnya setelah Dudek berhasil membaca arah bola dari Andrea Pirlo. Djibril Cisse sebagai eksekutor kedua Liverpool dengan tenang membawa Liverpool unggul 2-0 di babak adu penalty ini.
Tomasson sebagai penendang ketiga Mlian sukses memperkecil ketertinggalan, setelah  sepakan John Arne Riise tidak menemui sasaran. Kaka dan Vladimir Smicer sukses menjalankan tugasnya setelah mengecoh kiper lawannya. Milan 2, Liverpool 3.
Dan tibalah saatnya masa penghakiman. Andriy Shevcenko mengemban tugas berat sebagai penendang terakhir. Jika gagal menjalankan tugasnya, maka Liverpool akan mengangkat tropi Liga Champion kelimanya. Sementara itu, Jamie Carragher sedang membisikkan sesuatu pada Jerzy Dudek, “Lakukan apa yang pernah dilakukan Bruce Grobbelaar tahun 1984”.
Dudek menuruti saran Carragher, dia meliuk-liukkan kakinya seperti yang pernah dilakukan Grobbelaar di final Roma 1984, “Spaghetti Legs”. Sepertinya ritual itu masih membawa keberuntungan bagi Liverpool. Dudek sukses menepis tendangan Shevcenko dan mempersembahkan tropi kelima bagi Liverpool di ajang Liga Champion.

1 komentar: